Jelang MEA 2015, Pengusaha Lokal Didorong Berani Ekspansi Pasar

kompetensi kerja

Metrotvnews.com, Nusa Dua: Menjelang pelaksanaan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang akan berlaku mulai 31 Desember 2015, pengusaha Indonesia didorong agar berani untuk menggarap pasar lain di ASEAN, di luar pasar domestik yang menggiurkan.

Adapun 40 persen dari total sekitar 600 juta penduduk ASEAN merupakan masyarakat Indonesia. Hal ini disampaikan Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan Muliaman D. Hadad, dalam acara CEO Networking 2014, di Nusa Dua, Bali, Sabtu (6/12/2014).

Muliaman D. Hadad mengatakan, negara-negara ASEAN mulai mempersiapkan diri untuk melakukan ekspansi pasar. “Beberapa negara ASEAN telah mempelajari bahasa negara ASEAN lainnya agar ketika kesepakatan (MEA) ini berlaku, SDM-nya sudah siap seperti yang dilakukan di Vietnam,” ungkap dia.

Ia melihat, belum banyak pengusaha dan pelaku bisnis di Tanah Air yang memikirkan untuk melebarkan usahanya dan menggarap pasar di negara ASEAN lainnya. “Salah satu hambatan yang sering saya diskusikan adalah pasar kita yang sangat besar, masih menjadi tujuan para pelaku bisnis kita, ketimbang melihat peluang yang ada di luar negeri,” tambahnya.

Kondisi tersebut menyebabkan prioritas utama para pelaku bisnis adalah untuk menyelesaikan permasalahan usaha di dalam negeri dengan mengeyampingkan peluang untuk melebarkan usaha ke luar negeri.

“Saya melihat perlu jadi bahan pertimbangan bagi mereka untuk mengembangkan usaha ke negara-negara ASEAN,” lanjut dia.

Untuk melakukan ekspansi ke pasar ASEAN, menurutnya perlu persiapan yang terintegrasi. Ekspansi bisnis dapat dilakukan oleh usaha sektor keuangan terlebih dahulu, baru diikuti oleh sektor bisnis yang lain.

Ia menyontohkan perusahaan-perusahaan Korea Selatan dan Jepang yang memasuki pasar Indonesia juga diikuti oleh ekspansi yang dilakukan pengusaha sektor keuangan mereka. Sehingga ekspansi usaha mereka dapat berjalan masif dengan perbankan mereka yang ikut mendukung pembiayaan perusahaan dalam melakukan ekspansi. Bahkan, kini sudah banyak perbankan dari kedua negara tersebut yang memasuki pasar Indonesia.

“Tiongkok juga seperti itu. Mereka tidak terlena dengan pasar domestiknya yang besar. Tiongkok aktif masuk ke negara lain. Ini karena dukungan banyak pihak termasuk pemerintahnya,” ujar Muliaman.

Pengusaha Indonesia perlu mengembangkan kapasitas untuk lebih serius agar tidak hanya mampu menguasai pasar domestik, tetapi juga mampu masuk ke pasar-pasar negara lain.

“Kita perlu mempersiapkan diri. Terkait persiapan pengembangan daya saing di industri keuangan, perlu ditingkatkan agar perusahaan asing yang ingin masuk tidak terlalu mudah karena harus bersaing dengan jasa keuangan yang ada di Indonesia,” kata dia.

Industri pasar modal, menurutnya harus dikembangkan sebagai sumber pembiayaan alternatif serta perlu dikembangkan beberapa aspek transparansi agar pasar modal menjadi subur dengan banyaknya investor yang datang dari dalam dan luar negeri. Apa yang terjadi di Indonesia, berbeda dengan yang terjadi di Singapura dan Malaysia.

“Pasar domestik mereka kecil, sehingga fokus untuk mengembangkan bisnis di luar negeri. Perbedaan orientasi ini membuat Indonesia dirugikan dalam kesepakatan integrasi ekonomi ASEAN ini. Perlu ditingkatkan daya saing pada level institusional hingga individual agar kita mendapatkan keuntungan dari adanya kesepakatan kerja sama ekonomi ini melalui peningkatan capacity building,” pungkasnya.

Label:

Tentang